Senin, 24 Desember 2012

Lord of The Rings dan Hadits Nabi tentang Dajjal : Sebuah Kebetulan?



The Lord of The Rings merupakan satu-satunya film hingga kini yang meraih piala Oscar untuk kategori film terbaik yang bukan berdasarkan cerita nyata kehidupan manusia. Film ini telah membuat sejarah sebagai film yang meraih Oscar terbanyak setelah film legendaris Ben Hur. Banyak hal yang menarik dari film ini. Penulis mencoba untuk menggali apa yang tersirat dari buah pikir JRR Tolkien ini. Boleh jadi salah atau boleh jadi benar, yang jelas film ini penuh dengan makna filosofi yang dalam. Sebagai penggemar film ini,-penulis telah menontonnya lebih dari lima kali- ,film ini memberi "inspirasi kreatif" penulis untuk mencoba menyajikannya kepada Anda.
JRR Tolkien menulis novelnya ini boleh jadi, sekali lagi boleh jadi, mengutip isi-isi hadits Nabi tentang Dajjal. Mengapa demikian? Karena konsep sosok Dajjal dalam hadits Nabi adalah bermata satu yang merupakan sosok yang memiliki kekuatan sihir dan menguasai pola pikir manusia yang lemah imannya. Dan sosok Dajjal dalam film The Lord of The rings ini adalah Sauron Si Mata Satu. 






Si Mata Satu Sauron yang berapi yang menandakan kebencian, kemarahan dan kegelapan hidup manusia. Jika Anda meneliti sifat-sifat Dajjal dalam hadits-hadits Nabi maka Anda akan menemukan sosok yang sama dengan Sauorn dalam film ini. Apakah sebuah kebetulan? Silakan Anda yang menilai. Tetapi yang jelas sosok Sauron dalam film ini sangat-sangat jelas memberi tampilan sosok Dajjal dalam hadits Nabi. JRR Tolkien boleh jadi mengambil ide cemerlang untuk novelnya ini dari hadits Nabi. Seandainya benar demikian, maka apa yang ditampilkan dalam film ini tentu menjadi bahan renungan kita bahwa memang dunia ini akan dikuasai ole Dajjal Si Mata Satu. Dan keruntuhan Dajjal hanya bisa dilawan dengan kebersamaan seperti yang ditampilkan dalam trilogy pertama The Fellowship of The Rings.
Dajjal yang ditampilkan oleh JRR Tolkien, jika penulis boleh mengatakan demikian, memiliki tentara-tentara yang bersosok "setan" dan "gelap". Dan yang unik adalah tentara "setan" ini hanya dapat dikalahkan oleh "setan" juga, yaitu ketika Aragorn meminta bantuan "makhluk yang terkutuk" di dalam gua.
Untuk mengalahkan Dajjal atau minimal tidak terpengaruh daya sihirnya, kita harus terbebaskan dari nafsu yang buruk atau dalam istilah Al Qur'an nafsu lawwaamah. Dan ini disajikan oleh JRR Tolkien dalam The Lord of The Rings.
Seperti yang diceritakan dalam film ini, siapa saja yang tergoda oleh nafsunya untuk menguasai cincin (dunia) maka ia mudah dikuasai oleh Sauron Si Raja kegelapan. Termasuk si Hobbit pembawa cincin, Frodo. Sosok Frodo yang innocent tampak tidak berdaya oleh nafsunya sendiri ketika akan menghancurkan cincin ke dalam api magma.
Cincin yang digambarkan dalam film tersebut adalah dunia kita ini. Siapa yang menguasai cincin maka ia adalah raja di raja. Dan Sauron memang ingin menjadi penguasa kegelapan yang tak terkalahkan. Kembali lagi ke sosok Dajjal dalam hadits, Sauron memiliki cahaya yang menyorot untuk memberi penerangan. Ini dapat dikatakan bahwa meski Sauron memiliki cahaya dan sejatinya cahaya adalah memberi penerangan dalam kegelapan, cahaya mata Sauron memberi penerangan untuk menuju kegelapan. Persis sepeti dalam hadits Nabi, Dajjal akan memberi dua pilihan api dan air. Dalam hadits tersebut, apinya Dajjal adalah sejatinya adalah air (surga) dan airnya adalah api (kesesatan dan kegelapan / neraka). Sebuah kebetulan lagi? Silakan Anda yang menilai.
Selanjutnya dalam hadits Nabi, semua kota di dunia ini takluk oleh Dajjal, kecuali dua kota, Makkah dan Madinah. Jika Anda menonton film ini, ada dua kota utama juga yaitu Gondor dan Rohan tetapi hanya kota Gondor yang tidak bisa ditaklukkan oleh tentara Sauron. Dan kota ini digambarkan dengan sosok warna putih yang mencolok. Putih memberi image suci. Maka Gondor adalah kota suci dengan dominasi bangunan putih di mana-mana.






Kemudian jika Anda menonton film ini maka Anda akan dibuat takjub dengan sosok kaum Elf. Kaum Elf dalam film ini begitu "tidak berambisius untuk menjadi raja" dalam kehidupan manusia. Istana mereka yang bagaikan sebuah kayangan jelas-jelas memebri image bahwa kaum Elf adalah sosok malaikat dalam konsep Agama samawi. Jika dikaitkan dengan sosok Dajjal maka kaum Elf praktis sebagai penolong kaum manusia untuk mengalahkan Dajjal dalam hal ini adalah Sauron. Coba cermati film tersebut. Sosok Elf memiliki kesaktian yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya. Malaikat dalam konsep agama Islam jelas tidak memiliki ambisi karena mereka tidak memiliki nafsu.
Satu hal lagi yang unik adalah mereka memiliki bahasa sendiri yang tidak dimengerti oleh manusia. Dan bahasa mereka adalah bahasa Elf itu sendiri.
Penulis sadar akan kekurangan ilmunya, tetapi inilah yang dapat ia sajikan kepada Anda. Jika Anda memang "terusik" dengan pemaparan di atas, maka cobalah Anda mengecek hadits Nabi tentang Dajjal lalu tonton dan cermati film The Lord of The Rings, maka Anda akan mendapatkan hal yang sama dengan apa yang penulis sajikan ini. Tapi yang jelas sosok Dajjal bermata satu dan Sauron bermata satu memiliki begitu banyak kesamaan-kesamaan. Tapi yang begitu membuat terusiknya pikiran penulis dari film ini adalah mengapa si raja yang kembali bangkit dalam episode "The Return of the King" adalah sosok Aragorn, nama yang hampir sama dari dinasti raja Spanyol Aragon yang membumi hanguskan umat Islam di Spanyol bersama ratu Isabel. Seperti yang tercatat dalam sejarah, Ferdinand II raja dari dinasti Aragon berhasil menaklukkan kejayaan umat Islam yang dipimpin oleh Sultan Muhammad XII pada 2 Januari 1429 Masehi. Dan ia kembali sebagai raja pertama yang kembali menguasai Spanyol setelah hampit 700 tahun lamanya umat Islam berjaya di sana. Apakah hanya sebuah nama atau memang ada maksud lain dari nama Aragorn di Lord of The Rings dengan Aragon di tanah Spanyol? Penulis belum mengetahui hal ini. Tapi yang jelas, film ini memberi banyak filosofi di dalamnya termasuk "kebetulan" dengan hadits Nabi tentang Dajjal.Bagaimana pendapat Anda? 

0 komentar:

Posting Komentar